Senin, 09 Desember 2013

Umat Islam Banjiri Bedah Buku Panduan Bahaya Syiah di Jakarta


Sekitar seribu lebih umat Islam, Ahad pagi (6/12), menghadiri bedah buku panduan Mejelis Ulama Indonesia berjudul “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia” di Masjid Nurul Iman, Blok M Square lantai 7, Jl. Melawai V, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kajian yang digelar atas kerjasama Dewan Dakwah Indonesia Jakarta (DDI) dan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) itu menghadirkan Dr. Fahmi Salim, MA (anggota Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Pusat) dan Dr. Ali Musri, MA (Ketua Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah Imam Syafi’i (STDIIS) Jember)
Dari pantauan Kiblatnet, peserta yang datang dari berbagai daerah di Jakarta tersebut sudah memadati masjid sebelum acara dimulai. Sebelumnya mereka disambut panitia di pintu masjid dengan pembagian gratis buku panduan MUI yang akan diulas tersebut.
DR. Ali Musri sebagai pembicara pertama, banyak mengulas tentang ajaran Syiah menurut pandangan Al Qur’an dan As Sunnah. Beliau menjelaskan bahwa semua keyakinan sesat Syiah Rafidhah diciptakan karena demi membela satu hal, yaitu tentang wasiat dari Rasullah saw kepada Ali ra.
Demi membela satu hal ini, lanjutnya, mereka terpaksa menafsirkan Al Qur’an dan menjelaskan hadist-hadist Nabi sesuai dengan keinginan mereka. “Padahal, wasiat yang disebutkan tidak pernah ada di masa Nabi saw dan pada masa sahabat” papar Ustad kelahiran Sumatera Barat tersebut.
Pria yang mendapatkan gelar Doktor dari Universitas Madinah tersebut menambahkan, jika wasiat tersebut benar adanya, pasti Ali bin Abi Thalib mengungkapkan hal itu ketika para sahabat bermusyawarah sesaat setelah meninggalnya Rasulullah saw untuk memilih pengganti beliau sebagai pemimpin umat Islam. Lalu, siapa yang menghembuskan tentang wasiat itu? Ia adalah Abdullah bin Saba’ seorang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam untuk merusak kemurnian ajaran Islam dari dalam.
Meskipun, tambahnya, hal itu tidak diakui oleh orang-orang Syiah, namun ulama-ulama mereka mengakui bahwa Abdullah bin Saba adalah seorang tokoh Syiah terdahulu.
Sementara itu, DR. Fahmi Salim, MA lebih menjelaskan posisi MUI dalam menyikapi pemahaman Syiah di Indonesia. Beliau mengungkap bahwa tokoh-tokoh Islam Indonesia jauh-jauh hari telah memberikan peringatan tentang kesesatan ajaran Syiah.
Di antara mereka adalah Mantan Menteri Agama pertama Indonesia, Prof. DR. Muhammad Rashidi. Pada tahun 1983, Kementerian Agama RI mengeluarkan edaran tentang kajian Muhammad Rashidi tentang ajaran Syiah di Indonesia. Kesimpulan dari kajian tersebut, jelas Fahmi Salim, bahwa ajaran dan akidah Syiah bertentangan dengan ajaran Islam sesungguhnya.
Tokoh Islam yang melakukan hal yang sama adalah DR. Muhammad Nasir, mantan perdana menteri Indonesia dan pendiri Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia. Muhammad Nasir memberikan peringatan pada masa itu, kata Fahmi, jika masalah Syiah di Indonesia tidak segera di tangani mereka akan menajadi bom waktu.
Ia menjelaskan bahwa tujuan diterbitkannya buku pandua MUI yang berjudul mengenal dan mewaspadai penyimpangan syiah di Indonesia bertujuan untuk membentengi akidah umat Islam dari faham sesat ajaran Syiah tersebut. Karena, tambahnya, berdasarkan ijtima’ ulama Indonesia tahun 2006 bahwa semua ormas umat Islam di Indonesia memiliki pola yang sama, yaitu masih dalam koridor Ahlu Sunnah wal Jama’ah. “Jika ada perbedaan selama masih dalam koridor pemahaman sahabat Nabi, maka itu adalah perbedaan yang masih bisa ditolerir” jelas ustad yang juga menjabat sebagai Wakil Sekjen Majelis Ulama Muda Indonesia (MIUMI) tersebut.
Hingga menjelang Dhuhur, peserta yang hadir masih antusias mendengarkan pemaparan anggota MUI tersebut tentang data-data Syiah di Indonesia. Mereka menyimak dengan seksama slide demi slide yang ditampilkan ustad yang juga aktif di DDI tersebut.
Kajian tersebut diakhiri dengan pemutaran sejumlah rekaman video ritual-ritul Syiah di Indonesia dan tokoh-tokoh Syiah Indonesia yang ikut dalam ritual tersebut. Para peserta sempat terheran dengan beberapa tokoh yang ikut dalam ritual Syiah dalam video tersebut.

sumber : kiblat.net
Load disqus comments

0 komentar