Senin, 22 Juli 2013

Menegakkan Din Islam Jangan Setengah Hati

Totalitas dalam peperangan adalah kelaziman, bahkan sebuah keharusan. Apalagi peperangan yang menyangkut ideologi. Energi yang dikeluarkan pun sangat besar. Tidak sekedar harta benda, pikiran,tenaga, bahkan nyawa pun dipertaruhkan untuk sebuah penegakan dan penegasan sebuah ideologi apapun. Baik ideologi komunis, kapitalis, sosialis, dsb. Siapa pun dan bagaimanapun ia, jika sudah memasuki arena peperangan, maka totalitas adalah sebuah keniscayaan. Terlebih ideologi itu adalah Islam, Al-Quran, dan jihad. Karena pada saat yang sama, mereka pun akan mengorbankan lebih dari yang mereka punya.
(يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (8
“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya.” ( QS. Ash-Shaf: 8 )
Tema ayat di atas bisa jadi akan menjadi isu utama, bahkan menjadi booming issue di tahun depan dan tahun-tahun berikutnya. Sebuah isu yang amat sensitif karena tidak hanya sekedar wacana, namun sudah masuk ke dalam aplikasi kehidupan bermasyarakat dan beragama. Terlebih sudah menyangkut aqidah dan keyakinan umat Islam. Padahal aqidah adalah sesuatu yang paling berharga. Ibarat sebuah pelita, sinarnya menerangi sepanjang perjalanan manusia di dunia atau di akhirat kelak. Maka bagaimana mungkin mereka akan mampu dan dapat memadamkannya ?
Sesungguhnya jika manusia bersatu untuk memberi manfaat, mereka tidak akan dapat memberi manfaat apa pun selain yang telah ditakdirkan Allah. Dan manakala mereka bersatu untuk membahayakan manusia, mereka tidak akan bisa membahayakan sama sekali, kecuali yang telah ditakdirkan Allah atas manusia tersebut.
Mereka bisa saja berseragam, memakai baju koko layaknya santri, mengenakan peci layaknya kiai, bersorban layaknya ulama, membaca Al-Qur’an layaknya seorang qari’, berdasi ketika di kantor, menjadi tukang sepatu jika di terminal, menjadi sales jika di jalan, menjadi tukang bakso jika harus keliling, shalat dengan khusyuk jika di masjid, menjadi pemulung jika sedang menyamar, dan bisa berwujud apa saja karena mereka memang mau dan bersungguh-sungguh.
Kita tidak mempersalahkan semua itu, hal itu memang tugas dan pekerjaan mereka. Mereka digaji, dibiayai, diberi makan oleh tuannya, yakni musuh-musuh Allah dan rasul-Nya. Sampai di sini tidak ada yang aneh. Memang begitu adanya. Yang aneh adalah kita sendiri, kaum muslimin sendiri, musuh sudah siap merampas aqidah, fikrah, dan masa depan (akhirat) kita, namun kita tidak segera menyadarinya.
Bandingkan dengan orang-orang yang akan mengusung iqamatudin, seorang yang istiqamah dengan dienul Islam ini. Balasannya jelas, surga. Tidak pernah terbesit di pikiran dan hati manusia. Sebagian mereka masih menganggap iqomatudin bukan manhaj hidup, bukan sesuatu yang besar dan layak diperjuangkan. Dengan semua waktu yang tersedia, harta yang dimiliki, dan nyawa yang hanya satu saja, kontribusi mereka hanya kadang kala bila disapa. Jika urusan iradah saja belum sebanding iradah musuh, bagaimana dengan urusan yang lain?
Mengapa bisa demikian? Mari kita simak satu di antara penyebabnya…
Rasulullah saw bersabda:
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
“Apabila kalian telah berjual beli ‘inah, mengambil ekor sapi, dan rela dengan pertanian serta meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kalian kerendahan (kehinaan). Allah tidak mencabutnya dari kalian sampai kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Daud)
Jika diperhatikan, kurangnya fokus, lemahnya komitmen, tidak konsistennya melazimi urusan Islam dan kaum muslimin, atau setengah hatinya kita dalam memberikan waktu  kepada kebenaran ini, bukan karena kita tidak tahu atau bodoh, tetapi dalam pikiran dan hati kita memang ada yang lain selain Islam dan kaum muslimin. Entah itu ikatan ma’isyah, ikatan kekerabatan, ikatan sosial, atau ikatan-ikatan lain yang hanya mereka dan Allah yang mengetahuinya.
Persoalan besar kaum muslimin adalah kurangnya kesungguhan, totalitas, loyalitas, dan kurang fokus. Kita masih setengah hati untuk menapaki dan melazimi jalan ini. Toh jika melazimi, masih pilah pilih mana yang sesuai dengan pilihannya atau tidak, jika sesuai maka akan sami’na wa atha’na (kami dengar, dan kami taat), namun jika tidak sesuai, maka sami’na wa ‘ashaina (kami dengar, dan kami tidak taat).
Apapun urusan kita di dunia, jika karena hal itu kita meninggalkan jihad, mengabaikan perintah sekalipun dalam perkara mubah, lemahnya kontribusi, atraktif dan hiperaktif namun tidak jelas kontribusinya, berkhianat terhadap amanah, maka kehinaan akan sampai kepada kita. Sebuah kehinaan masif sampai kita kembali kepada jihad yang karenanya kehormatan dan kejayaan Islam dan kaum muslimin akan kembali seperti asalnya.
Apa solusinya ?
Kembali kepada Allah, kepada Islam, dan kepada jihad. Merawatnya dengan sebaik-baik perawatan, menjaganya dengan sebaik-baik penjagaan, serta jangan lagi terbuai oleh program semu yang tidak jelas. Jangan terlena oleh rayuan para penggembos, jangan takut dicela oleh orang atau sekelompok orang yang memang suka mencela, dan jangan mudah terprovokasi oleh orang yang ditugaskan untuk memprovokasi semangat dan cita-cita para pemangku iqamatuddin.
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (208
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian menuruti langkah-langkah setan. Sesungguhnya bagi kalian setan adalah musuh yang nyata” ( QS. Al Baqarah: 208).
Ibnu Abbas mengatakan:
كُنْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمًا فَقَالَ « يَا غُلاَمُ إِنِّى أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَىْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَىْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
“ Aku pernah berada di belakang Rasulullah Shallallhu ‘alaihi wa Salam pada suatu hari, beliau bersabda, ‘Hai nak, sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat; jagalah Allah niscaya Ia menjagamu, jagalah Allah niscaya kau menemui-Nya di hadapanmu. Bila kau meminta, mintalah pada Allah dan bila kamu meminta pertolongan, mintalah kepada Allah.
Ketahuilah, seandainya umat bersatu untuk memberimu manfaat, mereka tidak akan memberi manfaat apa pun selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu dan seandainya mereka bersatu untuk membahayakanmu, mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah padamu, pena-pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.” (maksudnya takdir telah ditetapkan) Diriwayatkan Imam At Tirmidzi dan dia berkata: Hadits ini hasan shahih. Wallahu a’lam bis shawab…KIBLAT.NET 
Menegakkan Din Islam Jangan Setengah Hati
Load disqus comments

0 komentar